Pantaskah
Akhir bulan ini memang suatu teguran untuk diri pribadi, ketika kita dalam keadaan sehat, langkah untuk beraktivitaspun semangat. Namun ironi dibalik itu semua ternyata banyak teman-teman,kerabat, bahkan sanak keluarga dalam keadaan duka cita. Meratapi kesedihannya karena kepergian ayah,bunda, ataupun kakak dll. Selalu ada pertanyaan dalam benak mereka meratap ini semua, cara menyikapinnyapunberbeda pula. Tak heran ketika mereka harus larut dalam kesedihannya, tidur dalam kepedihan, bahkan terkunci dalam ruang hitam oleh ketidak ikhlasan kita merelakan kepergian orang yang kita sayang.Bukan kah kita mahluk yang ia ciptakan, bukan kah kita hanya seorang penghamba yang kapan saja bila ia mau untuk mengahadapkan kita kepada-NYA. Apakah kita patut untuk menangisi ini semua, apakah kita patut untuk meratapi kesedihan ini? sedangkan yang menciptakan ini semua sedang memanggilnya?Tolong berikan alasan kenapa kita harus bersedih saat kepergian itu sudah pergi, kenapa kita harus mnangis saat air mata sudah berjatuhan, kenapa kita harus merasa tidak ikhlas, merasa terlalu cepat atas kepergiannya?Apakah karena cinta? Kalau ia, mari kita tanya pada diri sendiri, apakah kita menangis saat Allah jauh dari kita, apakah kita meratapi saat kita menyadari dosa kita bagaikan gunung. Adakah pertanyaan ini pada hati kita, jawabannya pada diri anda masing-masing
Biasanya kala kematian menyentak di suatu hari, baru kita menyadari betapa berartinya kehidupan ini. Betapa berharganya seseorang yang telah pergi dahulu meninggalkan kita. Hanya tertinggal duka dan airmata.Benarkah airmata yang menetes terus menerus malah kian menggoreskan luka dan penyesalan?
Kematian dengan Kepergian, dua hal yang berbeda Mati, secara harafiah dikatakan bahwa raganya telah meninggalkan dunia ini. Masuk ke alam baka. Pergi, artinya menghilang untuk sementara atau selamanya dari keterdekatan dengan kita. Kematian adalah suatu hal yang biasa di dunia ini. Manusia lahir, bertumbuh dan meninggal. Itu adalah suatu proses. Dari tanah kembali ke tanah . Sebagai orang yang ditinggalkan, kita harus dapat menerima. Itu adalah kehendak yang diatas. Dan pastinya, apa yang dikehendaki oleh Allah adalah yang terbaik. Peristiwa kehilangan, cepat atau lambat akan dialami oleh semua manusia, TAK TERKECUALI.
Karena maut bukanlah suatu penyakit yang dapat disembuhkan, maut adalah jalan menuju ketakjuban yang lain - untuk manusia yang percaya kehidupan setelah kematian, tidak ada yang perlu ditakutkan atau disesalkan pada peristiwa kematian tersebut.Tidak ada yang lebih baik untuk menyikapi sebuah kematian selain ikhlas dan berlapang dada. Setiap orang diberi kesempatan untuk mengukir sesuatu dalam hidup ini, setiap orang ada dalam daftar antrean menuju gerbang kematian, bersyukurlah mereka yang dikarunia tanda-tanda sebelum dijemputnya, sehingga bisa mempersiapkan diri, karena maut datang seperti pencuri pada malam hari.Mengisi hari-hari kita dengan berlarut dalam duka, kesedihan, mengingat-ingat masa lalu yang tak kan kembali lagi, apakah itu hal yang cukup bijaksana untuk dilakukan? aku yakin kamu bisa menjawabnya dengan kata hatimu sendiri.
Luruskan hati dan pikiran untuk menerima kematian. yakinkah diri bahwa kematian adalah sebuah kewajiban bagi setiap makhluk bernyawa. Tangis yang berlebihan adalah sebuah ketidakrelaan. ketidakrelaan adalah sebuah pengingkaran atas apa2 yang seharusnya menjadi bagian dari kewajiban makhluk bernyawa, yaitu mati. Yang jelas hati akan terluka, karena dunia sebenarnya mencampakkan anda, dunia tidak akan membalas tangisan Anda itu. Dunia tidaklah abadi, dan Anda menangisi sesuatu yang tidak abadi juga.
(Syahril)
0 comments