Malam Panjang Bersama Mayit Si Jabang Bayi
Seperti biasa saya bersama teman2 setiap malam, bermain futsal sekedar latihan ataupun hanya menyegarkan badan dan mengisi waktu luang. Pukul 11 malam tepat saya bersama teman2 bermain futsal tidak jauh dari kediaman kira2 s/d 1 km.
Ist Ok, permainan saat itu sangat mengesalkan.Karena kami ternyata dikalahkan oleh tim lawan yang notaban nya masih muda umurnya dibawah kami. Bunyi pluit menandakan sewa lapangan sudah habis. Maklum kami masih lulus SMA hanya bias menyewa lapangan 1 jam saja.
Muka murum terlihat di wajah kami semua akbiat kekalahan yang kami terima. Namun kejadian tersebut tidak membuat kami pantang menyerah ataupun terlarut dalam kekalahan, namun hati kiami semua sangat senang walau kalah ternyata ada hikmah dibalik itu semua. Sampai dirumah ponco teman saya, kami sedikit melepas kelelahan dengan bersendau gurau,tertawa menceritakan kekonyolan2an saat masa lampau. Tidak terbayangkan saat kami sedang asik2nya bersendau gurau ternyata malam itu tetangga ponco, sebelah rumahnya pulang dengan tergesah2, beliau berbicara kepada kami “ dek bantuin ibu, keponakan ibu meninggal nanti mau dibawa kesini” Pleng..hati kami bener2 kaget mendengar kabar tersebut, yang tadinya kami tertawa2, kini terbalik 180 derajat. Maklum kami semua belum pernah menangani mayat seblumnya. Sekitar 1 jam kita tunggu pukul 03.30 mayat itu datang, kami kira seperti mayat biasa ternyata, seorang jabang bayi yang sudah dipanggil oleh Allah.
Malam terasa panjang padahal kami blum tidur saat itu, sempat kami berifkir saat menunggu si mayat karena sedikit ketakutan dalam hati kami, ingin tidur dan pulang namun 1 diantara teman kami memberi masukan bahwa laki2 harus menepati janjinya. Ini lah nuansa kami, nuansa persahabtan saat kami saling mengisi kekosongan yang ada. Tepat pukul 04.00 kami membaca ayat suci Alquran untuk mendoakan si jabang bayi. Yang kami tahu pada saat itu hanyalah membantu keluarga tersebut yang sedang berduka cita atas kepergian anak pertamanya. Kami melihat ayah dari si jabang bayi tersebut terlihat sangat sedih, menerima kenyataan hidup yang begitu menyakitkan. Setelah membaca ayat alquran kamipun keluar duduk diteras, lagi2 ada saja kisahnya, salah satu keluarga bersangkutan ternyata pingsan saat dijalan, mau tidak mau kami harus mengangkatnya. eMmm bias dibayangkan Ibu itu kira2 beratnya 80 s/d 90 kg tingginya 70 s/d 80 cm . Dan kami yang rata2 tinggi dan bratnya kurang dari 50 kg dengan keterbatasan seperti itu kami harus mengangkat ibu yang sedang pingsan.
Kira 10 menit ibu itu sadar dan bercerita kenapa beliau pingsan karena anaknya yng tidak mengerti keadaan ibu tersebut sehingga ia tidak sadarkan diri. Dari cerita diatas teringkas sebuah hikmah, bahwa memang Allah maha mengetahui apa yang tidak ketahui, sapa saja dimana saja dan kapan saja ia berhak mengambil apa yang seharusnya ia ambil kembali. Namun tidak salah apabila kita selaku hambanya mengharap yang terbaik untuk kita.
0 comments