Obat Terakhir Itu Bernama Ikhlas

By 14.31 ,

Sudah lama sebenanrnya saya ingin menulis kisah kawan saya (karyawan disalah satu tv swasta)  saat pertama kali bercerita kepada saya di salah satu tempat makan cepat saji. Tentang kisah hidup bersama kekasihnya yang mungkin bisa menginspirasi kita semua. Jika ada banyak orang yang mengenal "Cinta" hanya sekedar kata, maka ia sudah melakukannya dengan "Kata" dan "Kerja" karena Cinta adalah sebuah Kata Kerja. Di usianya yang cukup muda, kedua pasangan ini sudah memberikan hikmah luar biasa kepada kita.  Dari pada saya berlama-lama bercerita langsung saja yah simak tulisan asli dari beliau, kawan saya disalah satu komunitas yatim dhuafa.


PERTEMUAN PERTAMA DENGANNYA
3 Agustus 2007..

Hari itu adalah pertemuan pertama  kali saya dengannya, di sebuah pesta pernikahan teman SMA yang kebetulan saya sebagai tim dokumentasi dan dia sebagai salah satu pagar ayu. Tak ada yang spesial sama sekali saat itu karena saya lebih fokus terhadap tanggung jawab dokumentasi ketimbang pagar ayu yang menjadi “receptionist” pesta pernikahan itu.

Pesta pernikahan pun berlalu dan menyisakan banyak lelah buat saya. Sambil melakukan proses administrasi dengan sang pengantin, ia “menawarkan” kepada saya seorang wanita muda berjilbab yang menjadi salah satu pagar ayu. Untuk menghargai tawaran teman saya tersebut, kemudian saya simpan susunan angka yang menghasilkan nada itu di handphone “Nelpon sejam seribu” milik saya.

Hari berlalu pasca acara resepsi itu, saat sedang mengotak-atik handphone tak sengaja saya pun menemukan nomornya dalam phone book yang kemudian saya pun iseng mencoba mengirimkan sms kepadanya. Sms pun berbalas. Komunikasi via sms itu pun berlanjut.

MASA PACARAN

Akhirnya kami pun menjalani hubungan selama kurang lebih empat tahun.
Sampai suatu hari, di tahun keempat hubungan kami, ia baru mengatakan bahwa dirinya tak pernah mengalami menstruasi sejak lahir. Sebuah kabar mengejutkan tapi tak menjadi beban pikiran buat saya, karena saya berpikir hal tersebut hanya kelainan yang pasti ada obatnya.
Untuk memastikan kelainan tersebut saya meyarankannya untuk memeriksakan tentang kelainan tersebut kedokter ahli kandungan.

VONIS TAK MEMILIKI RAHIM

Dwwaarrrrrr.. Hati dan jiwa kami seperti tertabrak meteor berkekuatan maha dahsyat saat mendengar hasil kesimpulan dr yunita pasca pemeriksaan berkali-kali itu. Dr Yunita menjelaskan bahwa ia tak memiliki rahim dan dipastikan tidak bisa memiliki keturunan.
Pasca kejadian tersebut saya pun memutuskan untuk mundur perlahan dan tanpa terasa kami tak menjalin hubungan serta komunikasi selama kurang lebih 8 bulan.

DIPERTEMUKAN KEMBALI

Setelah perpisahan itu, saya tak pernah mendapat informasi mengenai dirinya sama sekali sampai suatu hari kami dipertemukan kembali dalam sebuah rapat persiapan acara di sebuah komunitas sosial dimana kami sebagai relawannya. Dan kami mulai menjalin komunikasi kembali.
Komunikasi terus berjalan sampai suatu hari ia pun mengajak saya untuk menikah. Sebuah tawaran yang membuat saya galau dan mencoba untuk meminta petunjuk.

MENUJU PERNIKAHAN

Setelah meminta petunjuk kepadaNya berkali-kali, kemudian saya coba untuk meminta restu dari ibu tercinta sambil menjelaskan tentang ketidaksempurnaan keadaan calon menantunya. Ternyata ibu sudah mengetahui tentang kondisinya karena beberapa bulan lalu sebelum kami sempat berpisah ia datang ke rumah dan menjelaskan bahwa kami sudah tak menjalin hubungan karena kekurangan yang dideritanya.
Dalam perbincangan singkat itu, sambil meneteskan air mata, kemudian beliau berbicara lirih dan menjawab “Mimih ikhlas”, seketika air mata saya pun jatuh meneteskan susunan partikel air mendengar jawaban itu.
Keputusan untuk menikahinya akhirnya saya ambil. Sebuah keputusan yang mungkin tidak akan diambil oleh banyak laki-laki di dunia ini.

15 September 2012 dengan modal nekat akhirnya saya pun melamarnya. Satu hari sebelum proses lamaran, tak ada uang sama sekali di dompet. Hanya beberapa lembar uang ribuan yang saya miliki dan itu bukan uang yang cukup untuk melamar bahkan untuk membeli bahan bakar motor butut saya.
Saya tak khawatir dengan keadaan keuangan saat itu karena alhamdulillah, beberapa minggu sebelumnya saya mendapat pinjaman uang untuk proses lamaran dari seorang kawan satu komunitas yang baik hati dan juga gaji yang akan saya terima dari pekerjaan saya sebagai karyawan sebuah stasiun TV swasta sebagai tambahan biaya lamaran.

Setelah melalui proses lamaran kami memutuskan untuk melangsungkan pernikahan di hari jumat karena di dalamnya ada satu kesempatan waktu, jika ada seorang hamba muslim berdoa bertepatan dengan waktu tersebut, untuk urusan dunia serta akhiratnya dan itu menjadi jatahnya di dunia, maka pasti Allah kabulkan doanya. Jika itu bukan jatahnya maka Allah simpan untuknya dengan wujud yang lebih baik dari perkara yang dia minta, atau dia dilindungi dan dihindarkan dari keburukan yang ditakdirkan untuk menimpanya, yang nilainya lebih besar dibandingkan doanya.

2 November 2012 diusia saya yang 25 tahun dan istri saya 20 tahun saya pun menikah dengannya.

AWAL PERNIKAHAN

Saat malam pertama, seperti pasangan pengantin baru lainnya, kami pun menjalankan tradisi “Belah Duren” tapi sayang kami tak mampu berhubungan suami istri, kami coba lagi pada malam-malam berikutnya hasilnya selalu sama dan selalu gagal. Sampai akhirnya saya pun pasrah dengan keadaan itu.
Hari-hari selanjutnya kami jalani hidup seperti pasangan suami istri lainnya, hanya minus “hubungan” suami istri. Dan saya tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

MENYADARI MRKH

Setahun pasca pernikahan, baru kami sadari bahwa sepertinya istri saya mengidap sindrom langka Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH) yaitu sindrom kelainan alat reproduksi yang memiliki agenesis vagina atau ketiadaan vagina, vagina tidak lengkap (pendek atau kecil) serta kemungkinan Rahim yang sangat kecil atau bahkan tidak ada. Hal itu kami simpulkan sendiri dengan informasi yang kami cari dan kami cocokkan dengan keadaan istri saya termasuk kelainan tidak pernah mengalami menstruasi sebelumnya. Sindrom ini hanya dimiliki oleh 1:5000 wanita di dunia dan masih belum banyak diketahui oleh orang-orang Indonesia.

OBAT TERAKHIR ITU BERNAMA IKHLAS

IKHLAS, adalah obat terakhir yang saya miliki saat ini. Dengannya kami rasakan kebahagiaan dalam kekurangan. Sebagai laki-laki biasa saya pun ingin memiliki keturunan dari darah daging sendiri yang dilahirkan dari istri saya sendiri. Kami masih selalu mengharap keajaiban dari Allah SWT agar Beliau mengizinkanan kami memiliki keturunan dari rahim istri saya.
Kami sadar diri kami kotor yang dipenuhi lumpur-lumpur dosa tak terkendali. Dengan cobaan ini kami berharap Allah mengampuni semua dosa-dosa kami atau minimal mengurangi dosa-dosa kami.
Saat ini kami sedang merintis sebuah yayasan sosial yang bergerak dalam pemberdayaan yatim & dhuafa. Kami berharap melalui yayasan ini Allah memberikan banyak keberkahan dalam kekurangan kami.

Untukmu bidadari surgaku
Aku tak ingin berjanji untuk setia padamu
Tapi aku juga tak ingin menduakanmu

Tak perlu kau gugat Tuhan atas takdirmu
Tak perlu kau gugat Tuhan karena kau anggap Dia tidak adil

Tuhan tak mencipta hambanya dengan sia-sia
Pasti ada suka dalam lara

Kau di cipta Tuhan dengan cinta

Jakarta, 8 April 2014
Di bawah atap Tuhan

*mohon maaf jika tulisan saya berantakan karena saya bukan penulis :)"






You Might Also Like

1 comments