Kaset Kamera Tertinggal ! Ketemu Farouk Alwyni

By 14.42 ,

" Jangan Sampai Orang Kuliah Hanya Mendapat Ijazah Tapi 
Tidak Mendapatkan Pelajarannya " 
Farouk Alwyni.


Segala pelengkapan crew 25 Tokoh sudah standby meskipun harus melewati saat-saat bersitegang untuk membawa perlengkapan berupa kamera, tripod, baterai, dan lain-lainnya dengan staff kampus yang bertugas di Salemba 45. Staff kampus nampak kebingungan  dan tidak dapat mempercayai dengan wajah ketus beliau menanyakan beberapa pertanyaan seperti tengah menyidang mahasiswa biasa dengan penampilan seadanya dan hanya bermodal selembar kertas yang sudah di tanda tangani Direktur BSI sebagai jaminan peminjaman kamera, tripod, baterai, dan peralatan lainnya. Kami memaklumi siapa juga yang memang dapat mempercayai dengan serta merta peminjaman alat tersebut yang hanya dapat digunakan oleh para pengajar maupun staf-staf khusus di kampus dengan alasan untuk mewawancarai 25 Tokoh Bangsa.

Namun kami menanggapinya dengan santai saja, dan jika staff BSI tersebut tidak juga percaya kami meminta agar beliau menghubungi pihak kampuspusat yang ada Cawang  A dengan Staff Direktur sendiri mengenai program ini, kami diminta untuk keluar. Berselang beberapa menit kami dipanggil kembali namun dengan raut wajah yang berubah 180 derajat menjadi begitu amat ramah dengan kami padahal awalnya begitu garang dan sedikit menyeramkan, entahlah mungkin staff kampus tersebut sudah mendapatkan penjelasan mengenai niatan dan program kami untuk mewawancarai 25 Tokoh bangsa berbicara pendidikan.


Sore harinya ketika perlengkapan sudah aman, namun tetap saja masih ada banyak kekonyolan disisi kanan dan kirinya, begitu juga ketika Crew 25 Tokoh sudah berkumpul di depan Mc Donalds Tanah Abang beberapa meter dekat dengan kediaman Pak Faruq Alwyni (Mantan direksi Bank Muamalat), ternyata si pemred  baru saja teringat bahwa rol film yang kosong sudah habis dan belum ada gantinya, bahkan hal tersebut baru diutarakan di waktu injurytime pada detik-detik menjelang wawancara yang hanya tinggal beberapa meter dari kediaman si narasumber.


 Dengan kondisi yang kelimpungan berusaha untuk tidak panik tim yang terdiri dari 4 orang berpencar untuk mencari dimana kira-kira bisa ditemukan rol film dengan segera, ada yang mencarinya di Seven-Eleven, toko-toko buku terdekat yang bisa didatangi, ada toko kamera Canon, juga  AlfaMart, ternyata hasilnya tetap nihil.


Akhirnya dua orang yang lain berangkat menuju ROXY dengan motor secepat kilat melewati kemacetan kota Jakarta harus ‘ngepot’ dan menerobos kesana kemari. Bahkan mereka harus lawan arah yang satu turun dari motor untuk mejaga kendaraan yang lain untuk mempersilahkan motor kami jalan secepatnya.  Agak lama juga menunggunya sekitar 45menitan baru kembali dan misi segera dijalankan. Dua orang tersebut adalah Min Syahril (ketua Lembaga Pers Mahasiswa) dan Bang Didin konsultan gratis kami yang mau nemenin kami membeli kaset kamera walaupun mendadak dan menegangkan :D .


Beruntung saja bahwa narasumber dijumpai di kediaman pribadi sehingga ada banyak waktu dan keluangan yang tersedia dan tidak terhalangi oleh agenda-agenda yang mungkin narasumber akan lakukan.

Namanya memang tidak terlalu terkenal sebagai tokoh ekonomi syariah, namun segudang pengalaman dan prestasi telah ia garap. Farouk Alwyni telah berpengalaman selama 13 tahun dalam sektor financial, dengan spesifikasi pengalamannya dari insurance, development finance, trade finance, leasing, syndicated finance, treasury & Islamic treasury products, remittance, investment services, correspondence banking, FI Financing & Funding, and Hajj-based FI Businesses.

Ia juga berhasil menghandle ratusan juta US$ IDB trade financial sebagai operasional dari wilayah Asia & CIS seperti Bangladesh, Indonesia, Iran, Kazakhstan, Maldives, dan Tajikistan. Beliau kembali ke Indonesia untuk menjadi anggota dari executive management of PT. Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF), Perusahaan Sewa Islam Pertama pada tahun 2007-2009 dan PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 2009-2011

Dalam wawancaranya ia berpandangan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang ada kerancuan yang terjadi antara substansi pendidikan dengan komplement pendidikannya.

Maksudnya dia  jangan sampai orang kuliah hanya mendapat ijazah tapi tidak mendapatkan pelajarannya. Lebih banyak pula berbicara pendidikan di Australia yang walaupun Negara sekuler tetapi lebih menekankan dan menyadari kebutuhan prilaku serta  kepentingan Akhlaq. Ada penekanan nilai-nilai yang bagus dan bisa dipelajari,” cerita beliau tentang pendidikan.


Sekitar 30 menit ia memberikan pandangan tentang pendidikan di Indonesia, kegiatan wawancara tersebut Alhamdulillah, bisa diselesaikan dengan penutupan yang hangat, hingga menjelang waktu adzan maghrib dan bersholat jamaah di kediaman narasumber. Meski harus tersenyum kecil sendiri jika mengingatnya, pelajaran yang sangat menggelitik segala perlengkapan dan peralatan itu  harus dichek dan richek malam hari atau H-1 sebelum kelokasi.Prepare…prepare..prepare.


You Might Also Like

0 comments